Setiap
orang pasti pernah merasakan yang namanya ketidakadilan. Tanpa kita sadari, hal
itu terjadi karena sesuatu berjalan di luar atau tidak seperti apa yang kita
inginkan, apa yang kita perkirakan atau apa yang kita bayangkan. Ketika mendapat
masalah, kita seringkali menyalahkan keadaan dan menganggap semuanya tidak
adil. Lalu apa yang akan kita lakukan? kita hanya akan terus menyalahkan orang
lain dan keadaan tanpa pernah ingin berkaca. Semakin kita berusaha menghindari
dan melupakan sesatu, semakin dekat kita pada sesuatu itu.
Ketidakadilan
sering disalahkan saat kita terluka. Saat kita merasa bahwa keadaan sedang
mencemooh, mengejek dan menjatuhkan kita. Ketika semua orang serasa menodongkan
belati ke arah kita, saat tak satu pun tempat di bumi ini dapat digunakan untuk
bersembunyi. Saat itulah kita merasa terpojok dan sendirian. Seolah tak satupun
orang mengerti rasa sakit yang kita alami.
Saat
terluka, seseorang sibuk untuk mencari pelampiasan atas penyebab dari luka yang
dirasakannya. Bahkan orang di sekitarnya akan menyarankan berbagai hal atau
kegiatan agar dapat melupakan kepedihan dari luka itu. Tentu mereka tidak
salah, tapi melupakan hal yang telah terjadi apalagi yang membuat kita terluka
bukanlah sesuatu yang mudah. Semakin kuat kita berusaha, terkadang justru akan
semakin menyakiti kita.
Seseorang
yang terluka sebenarnya hanya butuh orang lain yang bersedia duduk di
sampingnya dan menemainya, tanpa mengucap sepatah kata pun atau memberikan
penghiburan. Seseorang yang hanya akan menggenggam tangannya dan membiarkannya
diam hingga kenginan untuk bercerita itu muncul dengan sendirinya. Seseorang yang
hanya akan mendengarkan tanpa berusaha menenangkan atau memberi saran apa pun. Seseorang
yang bisa mengawasi saat semua perasaan sedih, sakit, kecewa, benci, dan menyesal
itu tumpah.
Satu satunya cara yang dapat dilakukan untuk
menyembuhkan luka adalah dengan menerima kenyataan. Sekalipun sulit, semua akan
terasa lebih tenang jika kita menyadari hal yang telah terjadi dan
mengikhlaskannya. Tidak semua hal yang terjadi dalam kehidupan kita sesuai
dengan apa yang kita inginkan. Jika hidup selalu seperti yang kita rencanakan,
bukankah akan sangat membosankan. Luka mengajarkan kita bagaimana caranya untuk
tetap berdiri tegar dan tumbuh menjadi dewasa. Setiap luka selalu meninggalkan
makna, biarkan waktu yang mengurusnya.
Ada satu kutipan dari Daniel Gottlieb dalam
bukunya Letters To Sam. “Ketika kau
terluka, dekatkanlah dirimu dengan orang yang mencintaimu dan bisa menoleransi
rasa sakitmu tanpa melontarkan penilaian atau memberimu saran. Seriring sengan
waktu yang berlalu, kau tidak akan terlalu merindukan apa yang dulu kau miliki
dan bisa lebih menjalani apa yang kau hadapi hari ini.”
0 komentar:
Posting Komentar